Kamis, 17 Maret 2011

kehamilan yang g diinginkan,,,aborsi...dan info alat kontrasepsi :D

Kehamilan yang tidak diinginkan pada remaja pada umumnya terjadi
karena:
• Ketidaktahuan atau minimnya pengetahuan tentang perilaku
seksual yang dapat menyebabkan kehamilan.
• Tidak menggunakan alat kontrasepsi.
• Kegagalan alat kontrasepsi akibat remaja menggunakan alat
kontrasepsi tanpa disertai pengetahuan yang cukup tentang
metode kontrasepsi yang benar.
• Akibat pemerkosaan, diantaranya oleh teman kencannya (date
rape).
*Mengapa banyak kasus KTD pada remaja yang
ditangani secara diam-diam (bukan lewat proses
medis/sepengetahuan orang tua) ?

Hukuman dari orang tua dan masyarakat sekitar lebih menakutkan
mereka daripada kekhawatiran terhadap tubuhnya sehingga banyak
dari mereka yang mengalami KTD memilih mengakhiri kehamilannya
karena takut hukuman dari orang tua dan masyarakat.Karena alasan itu pula orang pertama yang diberi tahu akan
kehamilannya bukanlah orang tua remaja putri tetapi pacarnya.
Mereka berharap sang pacar bertanggung jawab atau ikut mencarikan
solusi akan kehamilannya. Orang lain yang diberi tahu selain sang pacar
biasanya adalah sahabat terdekat.
Ketakutan akan konsekuensi psikologis (malu dan tertekan) dan social
ekonomi, reaksi awal mereka pada umumnya adalah keinginan dan
usaha untuk aborsi. Usaha aborsi awal itu menggunakan cara-cara yang
bervariasi, mulai dari self-treatment sampai meminta bantuan tenaga
medis. Usaha self-treatment itu antara lain dengan mencoba minum
jamu-jamu tradisional pelancar haid yang dijual bebas di pasaran umum
dengan dosis tinggi; dengan meminum ramuan tradisional yang diracik
sendiri seperti ragi tape dan air perasan buah nanas muda; mencoba
datang ke dukun paraji atau tukang urut tradisional; atau menenggak
minuman keras dan obat-obatan tanpa resep dengan dosis tinggi.
*akibat yang timbul jika penanganan KTD lewat
usaha Self treatment?
Usaha-usaha self-treatment, kebanyakan tidak membuahkan hasil,
justru menciptakan masa menunda yang lama sebelum mereka
akhirnya mencoba mendatangi klinik kebidanan atau dokter kandungan.
Ketika mereka datang ke klinik kebidanan atau dokter kandungan,
usia kandungan mereka sudah cukup tinggi akibatnya mereka ditolak
karena risiko medis tinggi.
Tenaga medis tidak mau mengambil risiko melakukan aborsi kecuali atas
indikasi medis. Tidak semua remaja mencoba pergi ke dukun. Mereka
takut membayangkan hal-hal negatif akibat layanan yang tidak higienis dan tidak profesional menimpa mereka. Mereka mencoba usaha-usaha
self-treatment karena percaya pada cerita atau pengalaman orang lain
(biasanya teman/sahabat mereka) dan mempercayai bahwa usahausaha
itu akan berhasil menggugurkan kandungan mereka.
*ABORSI....
Secara medis, aborsi adalah berakhirnya atau gugurnya kehamilan
sebelum kandungan mencapai usia 20 minggu, yaitu sebelum janin
dapat hidup di luar kandungan secara mandiri. Tindakan aborsi
mengandung risiko yang cukup tinggi, apabila dilakukan tidak sesuai
standar profesi medis, misalnya dengan cara :
• Penggunaan ramuan yang membuat panas rahim seperti nanas
muda yang dicampur dengan merica atau obat-obatan yang keras
lainnya.
• Manipulasi fisik, seperti melakukan pijatan pada rahim agar janin
terlepas dari rahim.
• Menggunakan alat bantu tradisional yang tidak steril (misalnya
ujung bambu yang diruncingkan) yang dapat mengakibatkan infeksi
pada rahim.

*akibat yang timbul bila aborsi dilakukan
secara tidak aman
 
• Pendarahan sampai menimbulkan shock dan gangguan neurologis/
syaraf di kemudian hari. Pendarahan juga dapat mengakibatkan
kematian.
• Infeksi alat reproduksi karena kuretasi yang dilakukan secara tidak
steril. Hal tersebut dapat membuat remaja mengalami kemandulan
di kemudian hari setelah menikah.
• Risiko terjadinya ruptur uterus (robek rahim) besar dan penipisan
dinding rahim akibat kuretasi. Hal tersebut dapat menyebabkan
kemandulan karena rahim yang robek harus diangkat seluruhnya.
• Terjadinya fistula genital traumatis. Fistula genital adalah timbulnya
suatu saluran /hubungan yang secara normal tidak ada antara
saluran genital dan saluran kencing atau saluran pencernaan.

*remaja sampai mengambil tindakan aborsi
Alasan-alasan yang membuat remaja mengambil tindakan aborsi
adalah :
• Ingin terus melanjutkan sekolah atau kuliah.
• Takut pada kemarahan orangtua.
• Belum siap secara mental dan ekonomi untuk menikah dan
mempunyai anak.
• Malu pada lingkungan sosial bila ketahuan hamil sebelum nikah.
• Tidak mencintai pacar yang menghamili. Hubungan seks terjadi
karena iseng saja.
• Ingin terus bekerja. Bila tidak melakukan aborsi akan dipecat dari
pekerjaan karena terikat kontrak untuk tidak hamil selama 2 tahun
pertama bekerja.
• Tidak tahu status anak nantinya karena kehamilan terjadi akibat
perkosaan, terlebih bila pemerkosa tidak dikenal oleh si remaja
putri

*alat kontrasepsi...
Alat kontrasepsi (alkon) digunakan pada program keluarga berencana
untuk menunda, mengatur jarak dan mencegah terjadinya kehamilan.
Remaja sebenarnya tidak membutuhkan alkon, tetapi
pada beberapa kasus di mana terjadi remaja telah seksual aktif, bahkan
kadang-kadang pernah melakukan aborsi biasanya dilakukan konseling
untuk mencari jalan keluarnya. Setelah melalui proses konseling,
dapat diketahui perilaku remaja tersebut dan bila memang sulit untuk
dihentikan aktivitas seksualnya dan tidak/belum mau menikah maka
dapat dipertimbangkan konseling untuk penggunaan alkon. Konselor
harus memiliki pengetahuan mengenai seluruh metode kontrasepsi
beserta jenisnya, indikasi, kontraindikasi, cara kerja, efektivitas, efek
samping, waktu penggunaan dan cara penggunaan yang benar.
*remaja tidak dianjurkan menggunakan alat
kontrasepsi
Ada beberapa hal mengapa remaja tidak dianjurkan menggunakan alat
kontrasepsi:
• Peraturan Perundang-undangan di Indonesia tidak memperbolehkan
penggunaan Alkon bagi remaja yang belum menikah;
• Ada jenis Alkon tertentu, misalnya IUD tidak boleh digunakan pada
rahim yang belum pernah hamil karena dapat merusak dinding
rahim;
• Selain itu, secara mental remaja yang menggunakan alkon akan
merasa bahwa dia dapat berperilaku seksual aktif tanpa risiko
kehamilan dalam arti dia akan permisif terhadap perilaku tersebut
dan akan sangat mudah terjadi gonta-ganti pasangan, padahal
semua alkon tetap punya angka kegagalan dan hubungan seksual
tidak hanya berakibat kehamilan tetapi juga terkena PMS (Penyakit
Menular Seksual).
Lebih baik bila jalan keluar yang dipilih adalah pengendalian dorongan
seksual, menikah atau mengalihkan ke aktivitas lain yang lebih positif.


 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar